Senin, 29 Desember 2008

Konsep Pengetahuan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Dasar Pengetahuan (knowledge)
II.1.2 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmojo, 2003 : 127). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia hasil dari penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (Biliefs), Takhayul (superstitions) dan penerangan – penerangan yang keliru (misinfomations), (Sukanto. S, 1990 : 6).

Pengetahuan merupakan factor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang atau over behavior. Penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positip maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmojo, 1993)
Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal (WHO, 1992).
II.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dibedakan menjadi beberapa tingkatan kemampuan atau disebut domain pengetahuan. Mengenai tingkat kemampuan ini dijelaskan oleh Bloom bahwa ada 3 domain yaitu domain kognitif, domaian afektif dan domain psikomotor. (Tjiptojoewono, 1996 : 36)
II.1.2.1 Domain kognitif
Domain kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan dating dari apa yang kita lihat atau kita ketahui, kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat umum obyek. Sekali kepercayaan terbentuk, maka akan menjadi dasar bagi pengetahuan seseorang. Dengan demikian interaksi dengan pengalaman dimasa yang akan datang akan mempunyai arti dan keteraturan tanpa ada sesuatu yang mengatur apa yang kita lihat dan kita temui.
Notoadmojo, S (2003 : 128) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Sedangkan kata kerja yang mengukur tentang seseorang tahu tentang apa yang dipelajari adalah : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comphrehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan mareti secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutlan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (nyata). Aplikasi dapat pula diartikan penggunaan hokum – hokum, rumus, metode, prinsip dalam konteks yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen – komponen, tetapi masih diluar suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dati penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagia – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini dapat diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan criteria yang ditentukan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dalam subyek penelitian atau responden.
II.1.2.2 Domain afektif
Domain afektif menyangkut emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek, komponen ini merupakan reaksi emosional yang banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang yang kita percaya sebagai benar dan berlaku bagi obyek dimaksud. Aspek ini dibagi menjadi 5 tingkatan dari yang sederhana sampai yang kompleks yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya dan ketekunan atau ketelitian (Tjoptojoewono ,dkk, 1996 : 36)
II.1.2.3 Domain psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan atau kemampuan yang berhubungan dengan ketrampilan yang bersifat motorik. Domain ini ada 7 tingkatan , yaitu :
1. Presepsi
Berkenaan dengan menggunakan indra dalam melakukan kegiatan.
2. Kesiapan melakukan sesuatu
Berkenaan dengan kesiapan mental dan kesiapan emosi untuk melakukan tindakan.
3. Respon terbimbing
Berkenaan dengan tindakan melakukan penirian, mengulangi perbuatan seperti yang diperintahkan.
4. Mekanisme
Adalah tujuan atau kemampuan respon yang telah terlatih dimana seseorang melakukan secara tepat tanpa petunjuk terlebih dahulu.
5. Reaksi kompleks
Berkenaan dengan kemampuan gerakan motorik yang bersifat memadukan berbagai keterampilan yang tidak dikuasai lewat mekanisme.
6. Adaptasi
Adalah suatu kemahiran dalam melakukan gerakan sesuatu tersebut, dimodifikasikan secara otomatis sesuai dengan kondisi.
7. Organisasi
Adalah ketrampilan seseorang yang menunjuk pada penciptaan gerakan – gerakan baru untuk menyuarakan dengan situasi atau masalah tertentu. Ketrampilan ini bertaraf tinggi seperti penciptaan pola baru.
II.1.3 Faktor – factor yang mempengaruhi pengetahuan
II.1.3.1 Umur
Singgih D. Gunarso (1990) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses – proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur – umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.
II.1.3.2 Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi yang baru. Intelegensi merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengelola informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Sunaryo, 2003). Dengan demiian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan berpengaruh terhadaptingkat pengetahuan.
II.1.3.2 Pendidikan
Menurut Notoatmojo (1993), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wiet Hary dalam Notoatmojo (1993) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Menurut Azhar (2000), pengetahuan akan menimbulkan sikap positif maupun negative terhadap suatu obyek sikap.
II.1.3.3 Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmojo, 1993 : 13).
II.1.3.4 Informasi
Menurut Wied Hary A dalam Notoatmojo (1993) infirmasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televiv, radio atau surat kabat. Maka pengetahuannya akan dapat lebih baik.
II.1.3.5 Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh social pertama bagi seseorang, dimana dapat mempelajari hal – hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Nasution, 1983).
II.1.3.6 Sosial budaya
Sosial Budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, kasrena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

II.2 Konsep Dasar Sikap (attitude)
II.2.1 Pengertian
Sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan – perbuatan yang nyata atau yang mungkin akan terjadi didalam kegiatan – kegiatan social WJ Thomas yang ditulis ulang oleh Abu ahmadi, 1990 : 162). Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2003:130).
Sikap adalah tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar dari subyek, yang berupa lingkungan fisik dan social budaya (bentuk pasif). Menurut Newcomb, (1979) yang dikutip Notoatmojo (1993), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak atau bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tundakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan reaksi tertup, bukan merupakan reaksi atau tungkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Seperti halnya pengetahuan.
II.2.2 Tingkatan sikap
II.2.2.1 Kemauan menerima
Kemauan menerima merupakan suatu keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu. Sebagai contoh adalah partisipasi aktif ibu hamil untuk meminta penjelasan dari petugas kesehatan mengenai penting pemeriksaan kehamilan.
II.2.2.2 Menanggapi
Kemauan menanggapi menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. Sebuah contoh ibu hamil yang mau menysun rencana kapan memeriksakan kehamilannya.
II.2.2.3 Berkeyakinan
Berkenaan dengan kemampuan menerima siste nilai tertentu pada diri individu seperti menunjukkan adanayakepercayaan adanya sesuatu, bersikap ilmiah dan adanya kesungguhan dalam berkarya.
II.2.2.4 Penerapan karya
Menyadari hak dan tanggungjawab untuk kesejahteraan bersama, bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan, menerima kekurangan diri sendiri.
II.2.2.5 Ketekunan dan ketelitian
Suatu pribadi atau tingkah lakunya diwarnai oleh keyakinan nilai tertentu.
II.2.3 Factor – factor yang mempengaruhi sikap
Dalam berinteraksi social individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapi. Faktor – factor yang mempengaruhi pembentukan sikap ada dua macam, yaitu :
II.2.3.1 Faktor intern
Faktor intern adalah factor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini merupakan daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh – pengaruh dari luar (Ahmadi, 1990). Yang termasuk factor intern antara lain :
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus social. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman uang berkaitan dengan obyek psikologis. Tanggapan dan penghayatan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk menjadi dasar pembentuk sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas (Purwanto, 2000).
2. Pengaruh factor emosional
Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang bentuk sikap merupakan penghayatan yang didasari oleh emosiyang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme penahanan ego (Azwar, 2002).
II.2.3.2 Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah factor yang terdapat diluar pribadi manusia (Ahmadi, 1990), yang termasuk factor ekstern adalah :
1. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain merupakan salah satu diantara kemampuan social yang mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak langkahdan pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berate khusus (significant others), akan mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Diantara orang yang dianggap penting bagi individu adalah suami, orang tua, teman dekat, petugas kesehatan, dan lain-lain.
2. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan tempat hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberi jarak pengalaman –pengalaman individu yang menjadi oanggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadia yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
3. Media massa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti : televisi, radio, surat kabar, majalah mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya , media massa membawa pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap sesuatu hal.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap diakrenakan keduanya meletakkan pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan, kemudia konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuau hal.

0 komentar:

Posting Komentar