Kamis, 08 Oktober 2009

Read More..
Read More..

Senin, 29 Desember 2008

Konsep Kehamilan

II.3 Konsep Dasar Kehamilan
II.2.1 Pengertian
Kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan (Obstretric Fisiologi UNPAJ:1990:5).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim ibu (Prawirohardjo, 2002), selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin seusia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 1994).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulun 7 hari) di hitung dari haid pertama haid terakhir (di mulai dari konsepsi) sampai 6 bulan , triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan. (saifudin, 2002.

Proses terjadinya kehamilan karena bertemunya sel telur dan sel sperma maka terjadilah pembuahan. (Mouchtar 1998)
II.2.2 Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi
II.2.2.1 Minggu ke O
Perkembangan janin
Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke – 11.
II.2.2.2 Minggu ke – 4 atau bulan ke – I
1. Perkembangan janin
Dari discus embrionik, bagian tubuh yang pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernakan terbentuk. Embrio kurang dari 0,64 cm.
2. Perubahan – perubahan maternal
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi membesar. Kelelahan yang kronik (menetap) dan sering kencing mulai terjadi berlangsung selama 3 bulan berikutnya, HCG ada didalam urine dan serum 9 hari.
II.2.2.3 Minggu ke 8 atau bulan ke - II
1. Perkembangan janin
Perkembangan cepat. Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat. Telingga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil terbentuk dibawah kulit.
2. Perubahan – perubahan maternal
Mual muntah (morning sicknes). Mungkin terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pear menjadi globular. Tanda- tanda hegar dan goodell muncul. Serviks fleksi. Leukorrhea meningkat. Ibu mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya. Penambahan berat badan belum terlihat nyata.
II. 2.2.4 Minggu ke 12 atau belan ke – III
1. Perkembangan janin
Embrio menjadi jani. Denyut jantung dapat dilihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine.
2. Perubahan – perubahan maternal
Tanda chatwick muncul. Uterus naik di atas simpisis pubis. Kontraksi braxon hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk enderita infeksi saluran kencing meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester I. Plasenta sekarang berfunsi penuh dan memproduksi hormone.
II.2.2.5 Minggu ke 15 atau bulan ke – IV
1. Perkembangan janin
Sistem muskeloskeletal sudah matang. Sistem saraf sudah mulai melaksanakan control. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar dengan Doppler. Pankreas memproduksi insulin.
2. Perubahan –perubahan maternal
Fundus berada ditengan antara simpisis dan past. Berat ibu bertambah 0,4 – 0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan. Mungkin akan lebih banyak energi. Diameter bipatietal dapat di ukur dengan ultrasound. Sekresi vagina meningkat. Pakaian ibu menjadi ketat. Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing berkurang.
II.2.2.6 Minggu ke 20 atau bulan ke – V
1. Perkembangan janin
Verniks melindungi tubuh . Ladugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang terukur untuk tidur, menelan dan menendang.
2. Perubahan – perubahan maternal
Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum. Kantung ketuban menampung 400 ml casiran. Rasa akan pinsan dan pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah secara mendadak. Verises pembuluh darah mungkin mulai terjadi. Ibu merasakan gerakan janin. Areola bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi. Kram pada kaki mungki ada. Konstipasi mungkin dialami.
II.2.2.7 Minggu ke 24 atau bulan ke – VI
1. Perkembangan janin
Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang aktifitasnyameningkat. Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7 – 0,8 kg.
2. Perubahan – perubahan maternal
Fundus di atas pusat. Sakit punggung dank ram pada kaki mungkin mulai terjadi. Perubahan kulit bisa berupa striae gravidarium, cloasma, linea nigra dan jerawat. Mimisan dapat terjadi. Mungkin mengalami gatal – gatal pada abdomen karena uterus membesar dan kulit meregang.
II.2.2.8 Minggu ke 28 atau bulan ke – VII
1. Perkembang janin
Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactant terbentuk di dalam paru – paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran saat lahir.
2. Perubahan – perubahan maternal
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Hemorrhoid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat di palpasi. Mungkin lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.
II.2.2.9 Minggu ke 32 atau bulan ke – IX
1. Perkembangan janin
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai system kekebalan bayi bekerja.
2. Perubahan – perubahan maternal
Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu. Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 – 0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat. Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (PusDikNaKes,2003 : 12-13)
II.2.3 Perubahan fisiologi dalam kehamilan
II.2.3.1 Perubahan pada system endokrin
1. Plasenta
Plasenta adalah kelenjar hormone aktif yang khusus untuk kehamilan. Mormon yang dihasilkannya adalah human chorionic gonadotropihin (HCG), estrogen, progesterone dan human placental lactogen (HPL). Semua hormone ini sangat berguna dalam mendukung kehidupan janin dan ibu selama masa kehamilan.
2. HCG
Hormon ini diproduksi oleh sel tropoblast yang berkembang pada saat mulai menemplenya sel telur yang telah dibuahi. Hormon ini akan dilepaskan kedarah ibu dan akan menstimulus pertumbuhan korpus luteum pada trimester I kehamilan. Corpus luteum ini akan memproduksi hormone estrogen dan progesterone yang merupakan hormone yang sangat pentung untuk mempertahankan kehamilan.
3. Estrogen
Produksi estrogen pada usia kehamilan sampai dengan 12 minggu diproduksi dalam jumlah besar oleh korpus luteum dan sesudahnya diproduksi oleh plasenta. Fungsinya adalah menstimulus pertumbuhan di dalam uterus. Duktus – duktus dalam mamae. Putting susu ibu dan mempengaruhi vagina. Estrogen juga berperan meretensi atau menahan cairan dan elektrolit dalam jaringan tubuh wanita hamil, menekan ovulasi dan menghambat proses lactasi pada masa kehamilan.
4. Progesterone Berfungsi membuat uterus menjadi tebal sehingga bisa digunakan untuk penempelan hasil konsepsi, mematangkan funsi mamae untuk siap memproduksi ASI.
II.2.3.2 Perubahan pada organ reproduksi
1. Uterus
Selama kehamilan berat uterus naik dari 60 gr menjadi 1000 gr pada usia kehamilan aterm. Ukurannya menjadi panjang 30 cm X 23 Cm X 20 cm. Seluruh komponen jaringan yang ada dalam uterus berperan dalam pertumbuhan kehamilan. Uterus menjadi tebal, disebut deciduas oleh karena pertambahan besar dan jumlah sela baru. Pada awal kehamilan uterus menjadi tebal, tetapi pada akhir kehamilan uterus melar dan menipis, dimana saat kehamilan matang lapisan uterus hanya setebal 0,5 – 1 cm. Bentuk uterus berubah dari seperti buah pear menjadi bulat pada 12 minggu I kehamilan. Leher rahim berubah sedikit menjadi tebal. Panjang sedangkan servik tidak berubah.
a. Braxon Hicks
Braxon hicks adalah kontraksi tanpa rasa sakit yang ada pada trimester I kehamilan. Kontraksi ini tidak menyebabkan pembukaan serviks. Kontraksi ini justru membantu sirkulasi darah ibu ke plasenta.
b. Suplai darah
Suplai darah ke uterus semakin meningkat saat kehamilan. Vena dan arteri mengalami pembesaran atau dilatasi, sehingga memungkinkan untuk darah mengalir lebih banyak.
II.2.3.3 Perubahan pada system lain
1. Perubaha pada system kardiovaskuler
Selama kehamilan diafragma terdorong keatas secara progresif, jantung terdesak keatas. Akibatnya apex jantung akan sedikit ke lateral bila dibandingkan dengan posisi wanita normal.
2. Sistem pernafasan
Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan pendek nafas. Ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat uterus yang membesar.
3. Sistem pencernaan .
Semakin bertambahnya umur kehamilan lambung dan usus terdesak oleh uterus yang membesar. Tonus otot – otot saluran pencernaan melemah dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran pencernaan. Reabsorbsi makanan sempurna tetapi akan menimbulkan obstipasi.
4. Sistem muskokelatal
Lordosis yang progresif merupakan komplikasi posisisi kedepan akibat uterus yang membesar, lordosisis menggeser pusat daya berat kebelakang kea rah tungkaiyang pada gilirannya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah pinggang terutama pada akhir kehamilan.
5. Sistem urinaria
Pembesaran dan penekanan uterus akibat bertambah besarnya kehamilan mengakibatkan meningkatnya frkuensi kencing.
6. Sistem endokrin
Kelenjar tiroid dapat membesar sedikit sebagai kompensasi konsentrasi yodium yang rendah, kelenjar hiofise dapat membesar tetapi tidak berperan dalam kehamilan dan kelenjar adrenal tidak berpengaruh.
7. Sistem reproduksi
Terjadi perubahan pada uterus, ovarium, vagina, vulva dan dinding perut.
8. Sistem integument
Pada kulit terjadi hiper pigmentasi yaitu pada muka, payudara, perut dan vulva. (Pritchard, 1998)
9. Perubahan psikis
Perubahan psikis ini meliputi perasaan takut yang ditimbulkan karena kehamilan menyebabkan perubahan besar pada badan ibu yang dianggap sesuatu yang baru. (Obstetri dan ginekologi, FK Padjadjaran Bandung, 1990).

II.2.4 Konsep Pemeriksan Kehamilan
II.2.4.1 Pengertian pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah suatu pemeriksaan dan asuhan kepada ibu hamil mulai dari terjadinya konsepsi yang ditandai dengan haid terlambat sampai dengan proses persalinan.(DinKes RI. 2002)
II.2.4.2 Tujuan Umum
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kehamilan
2. Menekan angka kesakitan dan kematian sebagai akibat kehamilan dan persalinan. (DinKes RI, 2002)
II.2.4.3 Tujuan khusus
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan perkembangn bayi normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Menbina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional dan logis untuk dihadapi kelahiran serta kemungkinan komplikasi.
II.2.4.4 Standart pemeriksaan kehamilan
1. Identifikasi ibu hamil
Yaitu kegiatan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.
2. Pemeriksaan dan pemantauan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan sedikitnya dilakukan 4 kali, meliputi pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal, adanya resiko tinggi khususnya anemia , kurang gizi, hipertensi, PMS / HIVdan pelayanan imunisasi.
3 Palpasi abdominal
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan.
4. Pengelolaan anemia kehamilan
Tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Menemukan secara dini setiap kenaikkan tekanan darah dan mengenali tanda dan gejala pre eklamsia lainnya.
6. Persiapan persalinan
Saran bagi ibu hamil, suami dan keluarganya pada trimester II untuk memastikan bahwa persiapan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, termasuk persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba – tiba terjadi keadaan gawat darurat.(Standart pelayanan, IBI, 2002)
II.2.4.5 Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Pelayanan antenatal bertujuan :
1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.
2. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan , dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.
3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal
II.2.4.6 Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
1. Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali .
2. 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali.
3. Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali, kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
II.2.2.4.7 Nasehat Perawatan sehari –hari.
Aktifitas fisik.Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit. Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.
1. Pekerjaan Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.
2. Imunisasi Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
3. Bepergian dengan pesawat udara Tidak perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak membahayakan kehamilan . Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur sesuai atmosfer biasa.
4. Mandi dan cara berpakaian.
Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
5. Sanggama / coitus .
Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus.
6. Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan dilakukan.
7. Perawatan mammae dan abdomenJika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.
8. Hewan piaraanHewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.
9. Merokok / minuman keras / obat-obatan.
Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas dan menyusui selesai. Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.) mendepresi sirkulasi janin dan menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin.
Read More..

Konsep Pengetahuan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Dasar Pengetahuan (knowledge)
II.1.2 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmojo, 2003 : 127). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia hasil dari penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (Biliefs), Takhayul (superstitions) dan penerangan – penerangan yang keliru (misinfomations), (Sukanto. S, 1990 : 6).

Pengetahuan merupakan factor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang atau over behavior. Penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positip maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmojo, 1993)
Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal (WHO, 1992).
II.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dibedakan menjadi beberapa tingkatan kemampuan atau disebut domain pengetahuan. Mengenai tingkat kemampuan ini dijelaskan oleh Bloom bahwa ada 3 domain yaitu domain kognitif, domaian afektif dan domain psikomotor. (Tjiptojoewono, 1996 : 36)
II.1.2.1 Domain kognitif
Domain kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Kepercayaan dating dari apa yang kita lihat atau kita ketahui, kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat umum obyek. Sekali kepercayaan terbentuk, maka akan menjadi dasar bagi pengetahuan seseorang. Dengan demikian interaksi dengan pengalaman dimasa yang akan datang akan mempunyai arti dan keteraturan tanpa ada sesuatu yang mengatur apa yang kita lihat dan kita temui.
Notoadmojo, S (2003 : 128) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Sedangkan kata kerja yang mengukur tentang seseorang tahu tentang apa yang dipelajari adalah : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comphrehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan mareti secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutlan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (nyata). Aplikasi dapat pula diartikan penggunaan hokum – hokum, rumus, metode, prinsip dalam konteks yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen – komponen, tetapi masih diluar suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dati penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagia – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini dapat diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan criteria yang ditentukan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dalam subyek penelitian atau responden.
II.1.2.2 Domain afektif
Domain afektif menyangkut emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek, komponen ini merupakan reaksi emosional yang banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang yang kita percaya sebagai benar dan berlaku bagi obyek dimaksud. Aspek ini dibagi menjadi 5 tingkatan dari yang sederhana sampai yang kompleks yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya dan ketekunan atau ketelitian (Tjoptojoewono ,dkk, 1996 : 36)
II.1.2.3 Domain psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan atau kemampuan yang berhubungan dengan ketrampilan yang bersifat motorik. Domain ini ada 7 tingkatan , yaitu :
1. Presepsi
Berkenaan dengan menggunakan indra dalam melakukan kegiatan.
2. Kesiapan melakukan sesuatu
Berkenaan dengan kesiapan mental dan kesiapan emosi untuk melakukan tindakan.
3. Respon terbimbing
Berkenaan dengan tindakan melakukan penirian, mengulangi perbuatan seperti yang diperintahkan.
4. Mekanisme
Adalah tujuan atau kemampuan respon yang telah terlatih dimana seseorang melakukan secara tepat tanpa petunjuk terlebih dahulu.
5. Reaksi kompleks
Berkenaan dengan kemampuan gerakan motorik yang bersifat memadukan berbagai keterampilan yang tidak dikuasai lewat mekanisme.
6. Adaptasi
Adalah suatu kemahiran dalam melakukan gerakan sesuatu tersebut, dimodifikasikan secara otomatis sesuai dengan kondisi.
7. Organisasi
Adalah ketrampilan seseorang yang menunjuk pada penciptaan gerakan – gerakan baru untuk menyuarakan dengan situasi atau masalah tertentu. Ketrampilan ini bertaraf tinggi seperti penciptaan pola baru.
II.1.3 Faktor – factor yang mempengaruhi pengetahuan
II.1.3.1 Umur
Singgih D. Gunarso (1990) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses – proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur – umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.
II.1.3.2 Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi yang baru. Intelegensi merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengelola informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Sunaryo, 2003). Dengan demiian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan berpengaruh terhadaptingkat pengetahuan.
II.1.3.2 Pendidikan
Menurut Notoatmojo (1993), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wiet Hary dalam Notoatmojo (1993) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Menurut Azhar (2000), pengetahuan akan menimbulkan sikap positif maupun negative terhadap suatu obyek sikap.
II.1.3.3 Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmojo, 1993 : 13).
II.1.3.4 Informasi
Menurut Wied Hary A dalam Notoatmojo (1993) infirmasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televiv, radio atau surat kabat. Maka pengetahuannya akan dapat lebih baik.
II.1.3.5 Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh social pertama bagi seseorang, dimana dapat mempelajari hal – hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Nasution, 1983).
II.1.3.6 Sosial budaya
Sosial Budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, kasrena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

II.2 Konsep Dasar Sikap (attitude)
II.2.1 Pengertian
Sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan – perbuatan yang nyata atau yang mungkin akan terjadi didalam kegiatan – kegiatan social WJ Thomas yang ditulis ulang oleh Abu ahmadi, 1990 : 162). Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2003:130).
Sikap adalah tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar dari subyek, yang berupa lingkungan fisik dan social budaya (bentuk pasif). Menurut Newcomb, (1979) yang dikutip Notoatmojo (1993), menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak atau bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tundakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan reaksi tertup, bukan merupakan reaksi atau tungkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku manusia. Seperti halnya pengetahuan.
II.2.2 Tingkatan sikap
II.2.2.1 Kemauan menerima
Kemauan menerima merupakan suatu keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu. Sebagai contoh adalah partisipasi aktif ibu hamil untuk meminta penjelasan dari petugas kesehatan mengenai penting pemeriksaan kehamilan.
II.2.2.2 Menanggapi
Kemauan menanggapi menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. Sebuah contoh ibu hamil yang mau menysun rencana kapan memeriksakan kehamilannya.
II.2.2.3 Berkeyakinan
Berkenaan dengan kemampuan menerima siste nilai tertentu pada diri individu seperti menunjukkan adanayakepercayaan adanya sesuatu, bersikap ilmiah dan adanya kesungguhan dalam berkarya.
II.2.2.4 Penerapan karya
Menyadari hak dan tanggungjawab untuk kesejahteraan bersama, bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan, menerima kekurangan diri sendiri.
II.2.2.5 Ketekunan dan ketelitian
Suatu pribadi atau tingkah lakunya diwarnai oleh keyakinan nilai tertentu.
II.2.3 Factor – factor yang mempengaruhi sikap
Dalam berinteraksi social individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapi. Faktor – factor yang mempengaruhi pembentukan sikap ada dua macam, yaitu :
II.2.3.1 Faktor intern
Faktor intern adalah factor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini merupakan daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh – pengaruh dari luar (Ahmadi, 1990). Yang termasuk factor intern antara lain :
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus social. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman uang berkaitan dengan obyek psikologis. Tanggapan dan penghayatan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk menjadi dasar pembentuk sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas (Purwanto, 2000).
2. Pengaruh factor emosional
Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang bentuk sikap merupakan penghayatan yang didasari oleh emosiyang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme penahanan ego (Azwar, 2002).
II.2.3.2 Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah factor yang terdapat diluar pribadi manusia (Ahmadi, 1990), yang termasuk factor ekstern adalah :
1. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain merupakan salah satu diantara kemampuan social yang mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak langkahdan pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berate khusus (significant others), akan mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Diantara orang yang dianggap penting bagi individu adalah suami, orang tua, teman dekat, petugas kesehatan, dan lain-lain.
2. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan tempat hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberi jarak pengalaman –pengalaman individu yang menjadi oanggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadia yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
3. Media massa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti : televisi, radio, surat kabar, majalah mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya , media massa membawa pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap sesuatu hal.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap diakrenakan keduanya meletakkan pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan, kemudia konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuau hal.
Read More..

Minggu, 21 Desember 2008

Asuhan Keperatawan, asfiksia berat

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Asfiksia
2.1.1 Asuhan Keperawatan
Asuhan kebidanan adalah Aktifitas atau intervensi yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah pasien, membuat rencana, melaksanakan rencana, evaluasi terhadap masalah yang dihadapinya (Effendi Nasrul, 1995 : 3).
2.1.2 Neonatus
Neonatus adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan (Prawirohardjo Sarwono, 2000).
2.1.3 Post Asfiksia
Post Asfiksia adalah masa sesudah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara sponntan dan adekuat dengan AS (0-3) (Wirjoatmodjo, 1994).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi Post Asfiksia


2.2.1 Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan factor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawirohardjo, Sarwono, 1997).
Asfiksia akan bertambah buruk jika penangan bayi tidak dilakukan dengan sempurna. Oleh sebab itu tindakan keperawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.
2.2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi Asfiksia
2.2.2.1 Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika atau anesthesia dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2.2.2.2 Faktor Plasenta
Meliputi solution plasenta, pendarahan pada plasenta privea, plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
2.2.2.3 Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, komprgesi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenental dan lain – lain.
2.2.2.4 Faktor Persalinan
Meliputi partus lama , partus tindakan dan lain – lain (Ilyas Jumiarni, 1995)

2.2.3 Patofiologi
Selama kehidupan dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir, hal ini disebabkan konstriksi dan arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah melewati duktus Arteriosus tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru.
Bayi menarik nafas pertama kali / menangis saat itu paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada dalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Arteriol paru mengembang dan aliran darah kedalam paru meningkat secara memadai. Duktus arteriosus mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan melewati DA masuk kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup kedalam arteriole paru yang mulai mengembang DA tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extraukterin akan dipertahankan.
Saat lahir alveoli berisi cairan paru, suatu tekanan ringan diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dan alveoli mengembang untuk pertama kali. Beberapa tarika nafas diperlukan untuk mengawali dan menamin keberhasilan pernafasan bayi. Proses persalinan normal berperan penting dalam mempercepat keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pernafasan pada keadaan ini apabila paru tidak mengembang dengan sempurna pada saat tarikan nafas pertama. Disebabkan oleh alveoli tidak mampu mengembang atau masih berisi cairan dengan gerakan pernafasan yang lemah dan dangkal tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh. Terjadi pada bayi kurang bulan, asfeksia intrauterine, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat anestesi pada operasi sesar.
Sirkulasi dalam paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunya perfusi paru., sehingga oksigen akan menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteiol akan tetap tertutup dan duktus arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigen ke jaringan tubuh tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan amanya asfeksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Jika berlangsung terus menerus akan terjadi metabolisme anaerobic berupa asidosis metaboik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa penderita asfeksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, menurunnya pH darah, dipakainya sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya gangguaan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan penurunan perfusi paru yang berlanjut dengan asfeksia, awalnya akan terjadi konstriksi arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga persdiaan oksigen untuk irgan fital akan meningkat. Apabila terjadi asfeksia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ vital dan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan menetap pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE pada bayi baru lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi scara cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997).
2.2.4 Gejala Klinik
Gejala Klini Asfeksia Neonatorum, meliputi :
2.2.4.1 Pernafasan Terganggu
2.2.4.2 Detik jantung berkurang
2.2.4.3 Refleks / Respon Bayi Melemah
2.2.4.4 Tonus otot menurun
2.2.4.5 Warna kulit biru / pucat
2.2.5 Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
2.2.5.1 Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keaadaan semula. Kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak artinya, tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 / menit, dan lebih – lebih tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2.2.5.2 Mekanisme Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus timbul kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan jika hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
2.2.5.3 Pemeriksaan PH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila turun sampai dibawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya. Dengan penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat asfiksia yaitu :
NO
Hasil skor apgar
Derajat Asfiksia
Nila pH
1.
0 – 3
Berat
<> 7,2

2.2.5.4 Dengan menilai Apgar Skor
Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksia yaitu dengan penilaian apgar. Apgar mengambil batas waktu 1 menit , karena dari hasil penyelidikan dengan besar bayi bari lahir mempunyai apgar terendah pada unur tersebut dan perlu dipertimbangkan untuk melakukan tindakan resutasi aktif. Sedangkan nilai apgar 5 menit untuk menentukan prognosa dan berhubungan dengan kemungkinan terjadinya gangguan neurologik dikemudian hari. Ada 5 tanda yang dinilai Apgar, yaitu :
Tanda–tanda vital
Nilai = 0
Nilai = 1
Nilai = 2
1. Appearance (warna kulit)
2. Pulse (bunyi jantung)
3. Grimance (Refleks)
4. Activity (Tonus otot)
5. Respirotary
Seluruh tubuh biru / putih
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Badan merah, kaki biru
Kurang dari 100 X / menit.
Menyeringai

-

Lambat / tdk ada
Seluruh tubuh ke merah – merahan
Lebih dari 150 x / menit
Batuk dan bersin

Fleksi kuat, gerak aktif
Menangis kuat

Peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan memburuk bila frekuensi tidak bertambah walaupun paru – paru telah berkembang. Dalam hal ini pijatan harus diakukan. Usaha nafas adalah nomor dua. Bila apnea lama dan fentilasi yang dilakukan tidak berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolic yang hebat. Sedangkan ketiga tanda lain tergantung dan dua tanda penting tersebut.
a. Nilai Apgar 7 – 10, Vigorous baby / asfiksia ringan
Bayi dalam keadaan baik sekali, tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah – merahan. Bayi sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Nilai Apgar 4 – 6 , Mild Moderat / asfiksia sedang
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali per menit, tonus otot kurang baik, siagnosis, refleks iritabilitas tidak ada.
c. Nilai Apgar 0 -3 , asfiksia berat
Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit, tonus otot buruk , sianosis berat dan kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
2.2.6 Pelaksanaan Resusitasi

Bayi baru lahir segera diedentifikasi segera. Dibedakan antara bayi yang perlu di resusitasi dengan yang tidak. Tujuannya agar intervensi yang dilakukan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat.
2.2.6.1 Membuka Jalan Nifas
1. Tujuan : Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nifas
2. Metode :
(1) Meletakkan bayi pada posisi yang benar
a. Letakkan bayi terlentang, miring dengan leher agak eksentensi / tengadah.
b. Perhatikan leher bayi agar tidak mengalami ekstensi yang berlebihan yang akan menyebabkan udara yang masuk paru-paru terhalangi.
c. Letakkan handuk yang digulung dibawah bahu sehingga terangkat 2-3 cm diatas matras.
d. Bila lender terdapat bar dalam mulut, sebaiknya kepala bayi dimiringkan supaya lender berkumpul di mulut sehingga mudah dibersihkan.
(2) Membersihkan jalan nifas
a. Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium, hisap cairan dari mulut dan hidung, mulut dulu kemudian hidung.
b. Jika air ketuban campur dengan mekonium, hisap cairan dari trakea, sebaiknya menggunakan pipa endotrakel.
Urutan kedua metode membuka jalan nifas tersebut bisa dibalik, penghisapan terlebih dahulu baru meletakkan bayi pada posisi yang benar, pembersihan jalan nafas pada bayi yang sudah mengekuarkan mekonium, segera setelah lahir dilakukan dengan menggunakan kateter penghisap no 10 F atau lebih. Caranya dengan menghisap mulut, farings dan hidung.

2.2.6.2 Mencwgah Kehilangan suhu tubuh / Panas
1. Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas
2. Metode :
a. Meletakkan bayi terlentang dibawah pemancar panas (infra warmer) dengan temperature aterm 34 0 C, bayi preterm 35 0 C.
b. Tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut hangat sehingga bayi bersih dari air ketuban, mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporosi serta dapat sebagai pemberian ransangan taktik yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.
c. Untuk bayi sangat kecil BB kurang 1500 gram, dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastic tipis yang tembus pandang.
2.2.6.3 Pemberian Tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Pisitif)
1. Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas
2. Metode :
a. Pastikan bayi diletakkan pada posisi yang benar.
b. Agar VTP efektif dengan kecepatan pompa harus sesuai yaitu 40-60 kali/menit.
c. Tekanan ventilasi yang dibutuhkan :
(1) Nafas pertama setelah lahir membutuhkan : 30-40 cm H2O
(2) Setelah nafas pertama membutuhkan 15-20 cm H2O
(3) Bayi dengan penyakit paru-paru akibat dari turunnya compliance membutuhkan 20-40 cm H2O.
(4) Tekakanan ventilasi diukur dengan menggunakan balon yang mempunyai pengukur tekanan.
d. Observasi gerak dada bayi
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik nafas panjang, menunjukkan paru terlalu mengembang, artinya tekanan yang diberikan terlalu tinggi, yang dapat mengakibatkan pnemotorax.
e. Observasi gerak perut bayi
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi efektif. Gerak perut dapat disebabkan masuknya udara kedalam lambung.
f. Penilaian suara nafas bilateral
Suara nafas dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
g. Observasi pengembangan dada bayi
Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi meremas balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh :
(1) Perlekatan sungkup kurang sempurna.
(2) Arus udara terlambat
(3) Tidak cukup tekanan (Prawirohardjo Sarwono, 2000 : 351-254).
2.2.6.4 Pemberian Obat-obatan Penunjang
Obat – obatan diperlukan bila frekuensi jantung bayi tetap 80 kali per menit. Walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (Oksigen 100%) dan kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik atau frekuensi janting nol.
Obat-obatan untuk bayi asfiksia :
1. Adrenalin
Beri adrenalin (larutan 1:10.000) dengan dosis 0,1 – 0,3 ml/kg berat badan, apabila bayi mengalami bradikardia menetap diberikan sublingual atau intravena, sementara NaHCO2 tetap diberikan, disertai pernafasan buatan.
2. Natrium Bicarbonat (NaHCO3 )
Diberikan dengan dosis 2 ml/kg berat badan (cairan 7,5 %) dilarutkan dengan dextrose 10 % dalam perbandinga 1:1 disuntikkan perlahan kedalam vena umbikulus dalam waktu 5 menit.
3. Infus
Infus NaCL 0,9 % atau ringer laktat 10 ml / kg berat badan.
2.2.6.5 Penatalaksanaan Berdasarkan Penilaian apgar
1. Apgar skor menit I : 1-3
Jaga agar bayi tidak kedinginan agar terhindar dari hipotermis. Jangan diberikan rangsangan tartil, jangan diberi obat perangsang nafas lekukan resusitasi.Lakukan segera intubasi dan mouth ke tube atau pulmanator to tube ventilasi. Jika intubasi tidak bisa lakukan mouth to mouth respiration kemudian dibawa ke ICU.
Ventilasi Biokemial
Dengan pemeriksaan blood gas, dikoreksi dengan natrium bicarbonate. Jika vasilitas blood gas tidak ada berikan natrium bicarbonate pada asfeksia berat dengan dosis 2-4 mcg/kg BB, maksimun 8 meg/kg BB/24 jam. Ventilasi tetap dilakukan. Pada detak jantung kurang dari 100 / menit lakukan pijat jantung 120 / menit, ventilasi diteruskan 4 x menit. Cara 3-4 x pijat jantung disusl 1 x ventilasi (Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994 : 167)
2. Apgar skor menit L : 4-6
Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki maksimum 15-30 detik. Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2 yang dihangatkan). Skor apgar 4-6 dengan detak jantung kurang dari 100 kali per menit lakukan bag mask ventilation dan pijat jantung.
4. Apgar skor menit L : 7-10
a. Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung karena bayi bernafas dengan hidung sambil melihat apakah ada atresiachoane, kemudian mulut, jangan terlalu dalam hanya sampai pada fasofaring. Kecuali bayi asfiksia dengan ketuban mengandung mekonium, suction dilakukan dari mulut lalu hidung menghindari aspirasi paru.
b. Bayi dimandikan kemudian dikeringkan termasuk rambut kepala karena kehilangan panas terbesar adalah daerah kepala.
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Sembab otak
2.2.7.2 Pendarahan Otak
2.2.7.3 Anuria atau Oliguria
2.2.7.4 Hyperbilirubinemia
2.2.7.5 Obstruksi usus funsional
2.2.7.6 Kejang sampai koma
2.2.7.7 Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : pnemonthhorax (Wryoatmodjo, 1994 : 168).
2.2.8 Prognosa
2.2.8.1 Asfiksia ringan / normal : baik
2.2.8.2 Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan , jika cepat prognosa baik.
2.2.8.3 Asfiksia berat badan dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, kelainan saraf permanent. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neorologis yang permanent , misalnya cerebal, mental rectadation (Wiryoatmodjo, 1994 : 68).
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah tindakan yang berurutan dilakukan sistematis untuk menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana itu, evaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya (Effendi Nasrul, 1995 : 3 ).
2.3.1 Tahapan Pengkajian
Pengkajian adalah konsepsi pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat menidentifikasi , mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien , baik (Effendi Nasrul, 1995 : 3).
2.3.1.1 Pengumpulan Data
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah presepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan ( Allen Carol, 1993 : 28).
a. Biodata
Bayi : Nama bayi, tempat tanggal lahir bayi, jenis kelamin bayi.
Orang tua : Nama ayah/ibu, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah : Riwayat antenatal pada kasus asfiksia berat yaitu :
(1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan , diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
(2) Kehamilan dengan resiko praterm misalnya kelahiran multiple, inkopensia serviks, hidramion, kelainan congenital, riwayat persalinan preterm.
(3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur atau periksa kepada yang bukan petugas kesehatan.
(4) Gerakan janin selama kehamilan, aktif atau tidak.
(5) Hari pertama dengan hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
c. Riwayat natal komplikasi persalinan juga ada kaitannya dengan masalah bayi baru lahir, yang perlu dikaji adalah :
(1) Kala I : ketuban keruh, bau, mekoneal, antepartum baik sulusio plasenta maupun plasenta privea.
(2) Kala II : Persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan dengan tindakan (vakum ekstraksi, forcep ekstraksi).
(3) Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu system pernafasan.
d. Riwayat Post Natal
Yang perlu dikaji adalah :
(1) Agar score bayi lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
(2) BB : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram)
(3) Preterm / BBLR <>2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
d. Pola Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah :
Kebutuhan Parenatal
(1) Bayi BBLR <> 1500 gram menggunakan D10 %.
Kebutuhan nutrisi internal
(1) BB < gram =" 24" gram =" 12"> 2000 gram = 8 kali per 24 jam.
Kebutuhan minum pada neonatus
(1) Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB per hari
(2) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB per hari
(3) Hari ke 3 = 120 cc/kg BB per hari
(4) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB per hari
e. Pola Eleminasi
Yang dikaji adalah :
BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi.
BAK : Frekuensi, jumlah.
f. Latar Belakang Sosbud.
(1) Ibu merokok
(2) Ketergantungan obat terutama psikotropika.
(3) Minum alcohol
(4) Diet ketat atau pantang makanan tertentu
g. Hubungan Psikologis
Sebaiknya setelah bayi lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu. Dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang ibunya.
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995).
a. Keadaan Umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik jika menunjukkan gerakan aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari respon terhadap rangsangan. Adanya BB stabil, panjang badan sesuai usia , tidak ada pembesaran lingkar kepala , dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
Neonatus post asfiksia berat akan baik kondisinya jika penanganannya benar, tepat dan cepat. Bayi preterm beresiko terjadi hipothermi bila suhu tubuh <>
Read More..

Jumat, 05 Desember 2008

Askeb Ibu Nifas Post Vakum Ekstraksi


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan
Batasan dari karya tulis dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Vakum Ekstraksi Indikasi Kala II lama adalah sebagai berikut :
2.1.1 Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah Aktifitas atau intervensi yang dilakukan bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang KIA – KB (Depkes RI, 1993 : 3).
2.1.2 Nifas
Nifas adalah masa sesudah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira – kira 6 minggu (Saifudin AB, 2001 : 122).



2.1.3 Vakum Ekstraksi
Vakum Esktraksi adalah merupakan tindakan obstretic yang bertujuan mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi bayi, dibuat cengkraman dari aplikasi negative (vakum) (Saifudin AB, 2001 : 495).
2.1.4 Kala II Lama
Kala II lama adalah persalinan dengan pembukaan seviks lengkap, ibu mengejan tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifudin AB, 2001 : 185).
2.2 Konsep Dasar Nifas
2.2.1 Pengertian
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira – kira 6 minggu (Saifudin AB, 2001 : 122).
2.2.2 Tujuan Asuhan Nifas
Tujuan asuhan nifas antara lain : menjaga kesehatan ibu dan anak baik fisik maupun psikologis, melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi masalah, mengobatai, merujuk bila terjadi komplikasi, memberi penyluhan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, perawatan bayi sehat (Saifudin AB, 2001 : 122).
2.2.3 Asuhan Nifas Pada 6 Hari Post Vakum
Memastikan involusi uterus berjalan normal, kontaksi, fundus uteri dibawah umbiculus, tidk ada pendarahan, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda fibris, infeksi, memastikan klien mendapatkan cukup cairan dan istirahat, memastikan klien mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan klien menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda komplikasi, memberikan conseling pada klien mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Saifudin AB, 2001 : 122).
2.2.4 Perubahan yang terjadi pada Ibu Nifas
2.2.4.1 Perubahan Fisik
1. Umum
a. Involusi
Involusi adalah perubahan dalam prose kembalinya alat-alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Ivolusi terjadi karena :
(1) Autolysis
Yaitu penghancuran jaringan alat-alat uterus yang di absorbsi dankemudian dibuang melalui ginjal , sehingga setelah melahirkan ibu sering miksi.
(2) Aktifitas otot – otot
Yaitu kontraksi dan retraksi setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan placenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak keluar.
(3) Ischenemia
Disebut juga local anemia yaitu kekurangan aliran darah ke uterus yang mengakibatkan jaringan otot mengalami atropi.
Ketiga Faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga memberikan dampak terhadap perubahan uterus kandung kemih ovarium, vagina, serviks dan dinding abdeomen (Ibrahim Cristina S, 1996 : 12).


Proses involusi secara normal dapat dilihat pada table berikut :
Involusi
Tinggi fundus uteri
Berat Uterus
Bayi baru lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat syphisis
Tidak teraba di atas syphisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram

Sumber : Synopsis Obstetri Jilid I, 1998 : 115).
Bekas implantasi uri placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke 6 diameter 2,4 cm dan akhirnya pulih luka pada jalan lahir, bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
a. Lochia
Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam – macam Lochia , yaitu :
(1) Lochia Rubra (cruentra) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban sel-sel desi dua, vernix kaseosa, lanugo dan mekono\um selama dua hari pesca persalinan.
(2) Lochia Sanguinnolenta : warna merah, kuning berisi darah dan lender, terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
(3) Lochia Serosa : warna kuning kecoklatan hari ke 7-14.
(4) Lochia Alba : warna keputihan 14 hari.
(5) Lochia Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(6) Lhociostatis: lochia keluarnya tidak lancer. (Muchtar Rustam, 1998 : 116).
Read More..